You need to enable javaScript to run this app.

SMAK PANCASILA GELAR IN HOUSE TRAINING KURIKULUM MERDEKA

  • Senin, 05 Juni 2023
  • Administrator
  • 0 komentar
SMAK PANCASILA GELAR IN HOUSE TRAINING KURIKULUM MERDEKA

      “Jiwa visioner, adalah jiwa yang selalu bermimpi. Berani bermimpi, berimajinasi. Dia punya gagasan, punya konsep dan target yang lebih. Dia tidak akan tinggal diam dan merasa mapan. Dia tidak hidup statis hanya untuk hari ini. Dia senantiasa bergerak dan menggerakkan. Dia berpikir tentang besok, tentang 10 tahun ke depan.” Demikian sambutan Kepsek SMA Swasta Katolik Pancasila Borong, RD Luis Jawa, S. Fil, mengawali workshop Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di aula SMAPAN, pada Jumat, 2 Juni 2023. Menurutnya, kita harus tradisikan kebiasaan untuk rebut momentum berinvestasi. Kita perlu belajar dari Sanpio. Mereka sudah sangat jauh ke depan. Bahkan sebelum adanya KM. Sudah ada usaha produktif, seperti BLK, usaha kebun, beternak, perikanan dan bisa menghidupkan lembaga. Ini salah satu bentuk Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).

      Soal kurikulum, menurut Rm. Luis. Kita lihat perkembangan konsep kurikulum dan pelaksanaannya. Seperti, CBSA, KTSP, K13. Bandingkan dengan Kurikulum Merdeka. Kita belajar bersama. Harus rendah hati. Sebagai Kepsek, saya kurang paham tentang KM. Saya akui itu. Setiap kali ada pertemuan MKKS, saya sering dengar istilah P5, CP, JP, ATP, dll. Saya bingung. Karena belum paham. Saya ketinggalan. Makanya, saya butuh teman-teman sekalian. Kita saling belajar dari teman lain. Kita semua hebat pada bidang masing-masing. Kita hargai setiap minat dan bakat.

      Kurangi gosip dan gunjingan tentang orang. Mulailah dengan diskusi yang rasional. Debat dan diskusi intelektual yang humanis. Biasakan diri dengan menganalisis. Kita akan dipandu oleh pemateri lokal, ibu Asni, dan kawan-kawan. Kita juga akan dibantu oleh fasilitator nasional, pak Gusty Rahmanto dari Dinas PPO. Jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Sebelum  membuka secara resmi, sembari mengajak, alumnus STFK Ledalero itu berpesan: mari kita dengar apa yang disampaikan oleh narasumber. Langkah strategis apa yang mau kita terapkan. Apa yang bisa dijalankan oleh siswa-siswi kita di sekolah ini. Kita sudah banyak berbuat, tapi belum diadaptasikan ke dalam format KM. Belum disinkronkan dengan istilah-istilah KM. Mungkin juga, banyak proyek KM dengan program Merdeka Belajar yang tidak bisa diterapkan di sini. Intinya, mari kita berubah, mari kita bergerak dan mari kita berbuah. Seperti kat Ibu Dewi, MC kita tadi. Kita bergerak dalam persaudaraan.  

      Selanjutnya, sesi pertama workshop yang bertemakan “Mari Berubah Melalui Kurikulum Merdeka”, Ibu Asny Paput, salah satu pemateri, mengajak peserta untuk mendalami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan penyediaan segala kepentingan hidup manusia. Ki Hajar Dewantara, merumuskan metodologi dalam trilogi pendekatan, sbb: (i) Ingarso Sung Tulodo; (2) Ing Madio Mangun Karso; dan (iii) Tut Wuri Handayani. Untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila, siswa dilatih untuk mandiri dan belajar kreatif,  tanpa dukungan pendidik.  Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), menurut Asni, muaranya akan membentuk tujuh elemen dasar, yakni: (1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) Berwawasan Gkobal; (3) Gotong Royong; (4) Mandiri; (5) Bernalar Kritis; 6) Kreatif; (7) Menghasilkan tindakan dan karya yang orijinal. 

      Pemateri kedua, Fery Anggul, selaku wakasek Kurikulum, memaparkan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang menjadi landasan utama bagi pengembangan kurikulum satuan pendidikan. Dalam struktur kurikulum itu, Fery, memetakan empat Tingkatan, yakni: 1) Menetapkan satu kurikulum; 2) Penerapan kurikulum; 3) Implementasi kurikulum; 4) Kurikulum yang dipelajari siswa. Untuk pencapaiannya, dirumuskan 4 komponen, sbb: 1) Tujuan Kurikulum; 2) Komponen isi/bahan; 3) Komponen Strategi Pelaksanaan; 4) Komponen Evaluasi. Semuanya bermuara pada P5.

      Pada sesi ketiga, Upik Sapulung, memaparkan 3 point penting, yaitu; struktur kurikulum SMA, jam pelajaran, pendekatan pembelajaran, dan perubahan terkait mata pelajaran. Struktur kurikulum, menurutnya, terdiri dari dua. Pertama, pelajaran rutin. Kedua, kegiatan berupa proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Tentang Jam Pelajaran (JP), diatur pertahun. Satuan pendidikan mengalokasikan waktu secara fleksibel agar mencapai JP. Sedangkan menyangkut pendekatan pembelajaran, diatur melalui pengorganisasian berbasis mapel, tematik, atau terintegrasi. Terkait perubahan Mapel, (i) mapel IPA dan IPS di kelas X SMA, belum dipisahkan secara spesifik; (ii) siswa dapat memilih setidaknya 1 dari 5 mapel seni dan prakarya: seni musik, seni rupa, seni teater, seni tari, atau prakarya; (iii) Di kelas X siswa hanya belajar mapel umum, belum ada mapel pilihan. Jelas Upik, bila mengikuti K13, penjurusan sudah mulai dari kelas X. Tetapi di KM, penjurusan baru dibuat di kelas XI dan XII.  

      Untuk sesi terkhir, ditutup dengan presentasi dari Ibu Erfin Dania, yang membahas tentang Prinsip Pembelajaran dan Asesmen (diagnostik, formatif dan sumatif). Menurut Erfin, bahwa pembelajaran pada KM, dirancang berdasarkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik, sesuai dengan kebutuhan belajar yang mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam. Sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.  

      Di hari kedua, Gusty Rahmanto, S.S., M.Ed, (Kabid SMP Dinas Pendidikan Kab. Manggarai Timur, Pelatih Ahli/Fasilitator Nasional Program Sekolah Penggerak Kemendikbudristek) selaku narasumber utama workshop, mempresentasikan tema “Pembelajaran Terdiferensiasi Dalam Kurikulum Merdeka.” Beliau mengajak peserta untuk sama-sama belajar. Mulai dari kompetensi para guru dan fokus ke konten KM. Soal istilah Kurikulum Merdeka, perlu kita luruskan. Sering kita sebut, Kurikulum Merdeka Belajar. Yang benarnya, adalah Kurikulum Merdeka (KM). Sedangkan programnya, disebut Merdeka Belajar dan Mandiri Belajar. Program merdeka belajar, dijalankan oleh sekolah penggerak. Sedangkan program mandiri belajar, dijalankan oleh non-sekolah penggerak.

      Awalnya, KM cukup mengguncangkan dunia pendidikan Indonesia. Sebagai akibat dari perubahan drastis atas kebijakan KM yang diluncurkan oleh Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim. Salah satunya, menghilangkan UN. Mengapa UN dihapus? Menurut Makarim, standard kelulusan tidak bisa diukur dengan aspek kognitif atau akademis saja, tanpa melihat bakat, ketrampilan dan karakter siswa. Selain UN berbiaya mahal, juga nasib anak cerdas dan kreatif yang berjuang selama tiga tahun, digagalkan hanya dalam durasi waktu 1 minggu. Untuk mengukur kecakapan siswa, tidak boleh gunakan standard UN. Misalkan, soal UN disusun oleh beberapa orang saja, tapi berlaku untuk semua sekolah di seuruh Indnesia. Baik untuk sekolah di kota, maupun di pelosok. Soalnya sama. Sungguh tidak adil. Belajar tidak lagi diukur dengan standarisasi, tapi dengan diferensiasi.  Yang boleh mengukur kemampuan siswa hanya guru yang mengajar siswa itu sendiri.

     Beberapa point penting dibahas oleh Rahmanto, tentang pembelajaran terdefensiasi, adalah: 1), Apa itu Pembelajaran Terdiferensiasi. 2), Pertimbangan Dalam Merancang Pembelajaran Terdiferensiasi. 3),  Empat Cara Mendiferensiasikan Pembelajaran. 4), Strategi Pembelajaran Terdiferensiasi. 5) Contoh Strategi Pembelajaran Terdiferensiasi Matapelajaran. 6)  Pengaturan Ruang Kelas Terdiferensiasi. 7) Implementasi Pembelajaran Terdiferensiasi. 8) Mengevaluasi Performa Siswa. Dan 9) Pembelajaran Tradisional vs Pembelajaran Terdiferensiasi. Presentasi materi workshop IKM selama dua hari ini diwarnai diskusi dan sharing peserta.

      Mengakhiri workshop, Gusty Rahmanto berharap, mesti ada fitback para guru. Harus ada komunitas belajar di sekolah. Ada perkumpulan untuk belajar bersama secara reguler. Fokus pada penguatan kurikulum merdeka. Kita gunakan narasumber yang ada. Langkah pertama, perencanaan. Pelaksanaan pembelajaran/diferensiasi. Dalam kelompok kita bisa diskusi. Selanjutnya ada asesmen, ada penguatan profesionalisme guru. Kurangi ketergantungan pada narasumber eksternal. Guru harus baca banyak. Guru jadi narasumber di bidangnya.  Setelah itu, baru kita implementasikan di kelas. Kita minta evaluasi dan umpan balik dari teman-teman. Sehingga sekolah jadi komunitas belajar. Penguatan kompetensi guru harus berbasis sekolah. Cara kita tuangkan dari apa yang melekat dalam diri kita. Kepsek bisa masuk kelas untuk observasi. Minggu berikut penataan ruang kelas. Apakah ada karya yang dipajang. Semua direncanakan. Saling berbagi. Buat RPP, mengajar bersama, ada fitback dan lakukan berulang. Saya tekankan, pentingnya bentuk komunitas belajar. Harap dibuat panduan untuk kurikulum. Semacam SOP, apa yang harus disiapkan dan bagaimana caranya dan mulai dari mana. 

      Menutup workshop, RD. Luis Jawa, selaku kepsek berpesan, agar para guru dan pegawai, wajib buat refleksi dan catatan kritis untuk semua materi worshop. Kita mau lihat sejauh mana daya serapnya. Harap saja, selama dua hari ini, benih yang ditaburkan jatuh di tanah yang subur. Bukan jatuh di atas batu, atau di atas semen. Jangan sampai fleksibilitas kurikulum, menggeser kesungguhan kita untuk bebas buat yang lain. Kita harus tahu baca teks dan konteks. Kita selalu berproses. Saya seperti Saulus dalam perjalanan ke Damsik. Tadinya saya rasa hebat, tapi dengan mengikuti workshop ini, ternyata banyak yang saya belum paham. Pak Gusti, fasilitator tingkat nasional, belajar di luar negeri, sangat hebat. Beliau menyampaikan materi yang sulit, dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti. Kali berikut kita akan undang lagi. Mungkin waktunya agak lama.

      Kita diberi waktu untuk buat rangkuman. Kita akan buat buku panduan dari rangkuman yang akan dibuat oleh kurikulum. Perlahan-lahan kita respons semua perubahan. Saya tekankan, kita sangat butuh untuk tumbuh. Saya kutip dari ahli filsafat, Alfred North Whitehead. Kata “butuh” dalam konsep psikologi, beda dengan keinginan. Kebutuhan harus melalui pengenalan mendalam.

     Sebagai sesama alumni Sanpio, saya bangga dengan pa Gusty. Terima kasih untuk kerelaannya, juga keseriusan panitia dan kurikulum. Saya tidak banyak intervensi. Tim sudah sangat mandiri. Saya salut untuk mereka. *

Krisna

Bagikan artikel ini:

Beri Komentar

RD. Heroluinus Jawa, S.Fil

- Kepala Sekolah -

Salam restorasi pendidikan, Seraya mengucapkan syukur pada kasih Tuhan, kami membuka hati kami SMAS Pancasila Borong dalam keterlibatan semua pihak…

Berlangganan
Banner